24. November 2009

"Anklung in Concert" in Hamburg am 26. November 09

Das Anklung Orchester Hamburg, das auch in Braunschweig anlässlich der Veranstaltung "Indonesien ganz nah" am 9. Mai 2009 zu hören war, lädt zu einem Konzert in Hamburg ein.


"Wie Melodien allein durch das Schütteln von Bambusröhren entstehen, können Sie am 26. November 2009 um 19 Uhr im Audimax II, TUHH Hamburg erleben. Das Angklung Orchester Hamburg lädt Sie herzlich zu seinem zweiten Konzert an der TU Hamburg-Harburg ein.
Studierende der TUHH sowie Schülerinnen und Schüler spielen mit spürbarer Freude traditionelle indonesische Musik, Stücke klassischer Musik, internationale Pop Hits, Jazz und Blues. In der Pause können Sie fernöstliche Köstlichkeiten genießen.

Was ist Angklung:
Angklung ist ein traditionelles, sundanesisches Musikinstrument aus Bambus. Es besteht mindestens aus zwei, meist jedoch aus drei in einem Bambusgitter frei hängenden, in Oktaven gestimmten Bambusröhren, die beim Schütteln in unregelmäßiger Folge an der untersten Gitterstange angeschlagen werden. Durch Rütteln werden dabei die Töne erzeugt. Ein Angklung erzeugt nur einen Ton."

Nähere Hinweise zu dieser Veranstaltung siehe http://www.angklunghamburg.de oder Generalkonsulat der Republik Indonesien

Videos dieser Anklung-Gruppe sind auf Youtube zu sehen u. a. auch drei Videos vom Auftritt am 9. Mai 2009 in Braunschweig (Video 1, Video 2, Video 3).

18. November 2009

"Der Ruf des Geckos - 18 erlebnisreiche Jahre in Indonesien" Lesung von Horst H. Geerken

Am 16. Oktober 2009 las Herr Horst H. Geerken aus seinem Buch "Der Ruf des Geckos - 18 erlebnisreiche Jahre in Indonesien". Die Veranstaltung im Roten Saal des Schlosses war sehr gut besucht. Auch der neue Botschafter der Republik Indonesien Herr Eddy Pratomo und der Generalkonsul aus Hamburg, Herr Darmawan waren anwesend.

Im Rahmen der Lesung gab Frau Henny Sudradjat eine sehr anschauliche Einführung in das Land Indonesien und Frau Ashi Feuerhahn beeindruckte mit einem indonesischen Tanz.

Hier ein ausführlicher Bericht in Bahasa Indonesia von Frau Mimi Schlüter.





Video auch im Vollbildmodus möglich: Klicken Sie hierzu im Video unten rechts auf das Symbol links neben dem Wort "Vimeo"

Dubes RI Penuhi Panggilan Tokek di Braunschweig

Frau Mimi Schlüter berichtet in Tribun Jabar (Bandung, Indonesien) über unsere Veranstaltung am 16. Oktober 2009

Dubes RI Penuhi Panggilan Tokek di Braunschweig
Kaver buku Der Ruf des Geckos atau Panggilan Tokek
Jumat, 30 Oktober 2009 | 22:46 WIB

Braunschweig, Oktober 2009
Hujan yang turun terus menerus semenjak dua hari tidak mengurangi niat dan langkah masyarakat Braunschweig untuk menghadiri "Buchlesung/pembacaan buku" yang diadakan oleh DIG (Deutsch- Indonesische Gesellschaft/Perkumpulan Indonesia Jerman) di propinsi Lower Saxony, Jerman Utara.

Musim gugur di Eropa selalu diiringi dengan angin dan hujan yang membantu proses pengguguran daun-daunan yang masih bercokol di pohon atau tanaman dengan cepat. Suhu udara biasanya dibawah 10°C, tapi pada hari Jum'at kemarin suhu udaranya hanya +3°C.

"Buchlesung" yang dimulai pada jam 19.00 WET (Waktu Eropa Tengah) dibuka dengan lagu "Dari Sabang sampai Merauke" oleh publikum dengan teksnya yang dipantulkan ke layar per bimer, dibacakan oleh Horst H Geerken, si pengarang buku "Der Ruf des Geckos/Panggilan Tokek" yang baru diterbitkan untuk pertama kalinya pada akhir Agustus lalu di Jerman.

Buku yang menceritakan kehidupan Geerken selama 18 tahun di Indonesia, mulai dari era pemerintahan presiden RI pertama Sukarno sampai ke pemerintahan orde baru mendapat perhatian besar bagi masyarakat Jerman di Braunschweig. Kebanyakan diantara mereka yang menghadiri "Lesung/Pembacaan" tersebut punya hubungan dengan Indonesia, seperti pernah bekerja di Indonesia dan bahkan ada diantaranya yang telah berkali-kali melakukan wisata ke Indonesia.

Horst Geerken yang lahir di Stuttgart pada tanggal 13 Agustus 1933 datang pertama kali ke Indonesia sebagai insinyur yang dipekerjakan di perusahaan telekomunikasi Telefunken-AEG di Jakarta pada tahun 1963. Berencana hanya untuk 3 tahun bekerja di Indonesia tapi akhirnya kecintaannya kepada negara sorga tropika di equator ini semakin mendalam, rencana yang 3 tahun tersebut akhirnya menjadi 18 tahun.

Buku ini ditulisnya setelah dia kembali ke Jerman dan merupakan simbol kecintaannya kepada Indonesia, seperti selalu dibilangkannya "sekali Indonesia tetap Indonesia!". Bahkan Horst masih lancar berbahasa Indonesia setelah hampir 30 tahun meninggalkan Indonesia, dan seperti pengakuannya setiap minggu istrinya Annette selalu menyajikan menu Indonesia untuk sang suami. Istrinya Annette sangat pintar membuat gado-gado, bacem tahu, goreng tempe dan sayur lodeh. Kesukaan Horst adalah gulai daun ubi kuah santan dengan tempe goreng balado. "Kalau saya lihat ada masakan pakai santan, saya mau berenang didalamnya", demikian ungkapan kesukaannya akan masakan bersantan.

Buku "Der Ruf des Geckos" setebal 436 halaman tersebut telah digodog Horst membacanya selama 30 menit. Peluncuran pertama buku ini adalah dalam bahasa Jerman dan di bulan mendatang akan segera beredar di pasaran dalam bahasa Inggris, mudah-mudahan secepatnya juga bisa beredar dalam bahasa Indonesia, demikian Horst Geerken.

Panggilan Tokek ini juga dihadiri oleh Duta Besar dan berkuasa penuh RI untuk Jerman Eddy Pratomo dan istri beserta Konsul Jenderal RI untuk Hamburg Teuku Darmawan dan istri. Disamping menghadiri "Buchlesung", Dubes dan Konjen siangnya juga telah mengadakan pertemuan dan makan siang bersama dengan Rektor/Presiden Tekhnik Universitas (TU) Braunschweig, ketua Ikadin/IHK (Industrie und Handelskammer) Braunschweig. Disamping itu beliau juga mendapat kehormatan untuk menandatangani buku emas di Rathaus/Kantor kota Braunschweig yang di saksikan oleh wali kota ibu Harlfinger, ketua fraksi partai CDU juga sebagai presiden DIG Niedersachsen bapak Wolfgang Sehrt, Konsul Jenderal Teuku Darmawan serta beberapa orang pejabat teras kota Braunschweig. Kota Braunschweig adalah merupakan kota pertama di Jerman bahkan di Eropa yang mengadakan kerja sama dengan luar negeri yaitu dengan kota Bandung. Jalinan kerja sama atau sister city ini telah terjalin dengan resmi semenjak tanggal 24 Mai 1960. Kedatangan Dubes Eddy Pratomo semenjak bertugas di Berlin pada bulan April lalu adalah untuk pertama kalinya di Braunschweig.

Sebetulnya beliau dalam rencana dinasnya juga akan berkunjung ke FH (Fachhochschule Ostfalia ) Wolfenbuettel, kira-kira 10 km selatan kota Braunschweig untuk mendampingi bapak Musliar Kasim,rektor Unand dan bapak Uyung Dinasa dekan Fakultas Tekhnik Unand Padang dalam rangka kunjungan penjajakan rencana kerja sama antar dua Perguruan Tinggi ini. Tapi dengan adanya bencana gempa yang melanda Padang (Sumatera Barat) kampus Unand juga rusak berat, rencana kunjungan perdana Unand ini terpaksa ditunda sampai situasi Padang pulih kembali.

Setelah pembacaan buku selesai Duta Besar diminta untuk memberi kata sambutan dan perkenalannya sebagai duta besar baru RI untuk Jerman. Dalam pidato sambutan dan perkenalan beliau kepada masyarakat Braunschweig yang menghadiri "Buchlesung" tersebut, selain menjelaskan tentang kejadian gempa yang menimpa Sumatera, beliau juga menyinggung tentang hubungan Bandung dan Braunschweig yang tahun depan memasuki setengah abad lamanya. Direncanakan akan diadakan acara demi memeriahkan jubileum ke 50 ini di Braunschweig yang akan dibantu dan di sokong oleh kedutaan serta konsulat dari Hamburg dan Frankfurt. "Kita akan mengadakan seminar sehari tentang Indonesia dan juga akan mengadakan hari Indonesia serta malam budaya Indonesia di Braunschweig, tujuan kita untuk promosi dan mencari peluang investasi Jerman ke Indonesia".

Beliau telah menginstruksikan rencana ini kepada Konsul Jenderal Teuku Darmawan untuk membicarakannya langsung dengan wali kota Bandung.

"Dengan adanya acara ini, diharapkan kepariwisataan Indonesia semakin baik serta berpeluang besar bagi devisa negara", demikian Eddy Pratomo diakhir sambutannya.(Dra. Mimi A. Landri Schlueter, SPd., Im Weidenkamp 30 E38304 Wolfenbuettel-GermanTel. +49 5331 5524)