8. Dezember 2010

Adventsfeier 2010 in der Dornse des Altstadtrathauses

Am 4. Dezember 2010 fand wiederum die traditionelle Adventsfeier der DIG in der Dornse des Altstadtrathauses statt.


Fotoshow



Alle Fotos mit freundlicher Genehmigung von Herrn Stefan Beckhusen

16. August 2010

50 Jahre Städtepartnerschaft Braunschweig-Bandung

Anlässlich des 50-jährigen Bestehens der Städtepartnerschaft Braunschweig-Bandung hatte der Botschafter der Republik Indonesien, Herr Eddy Pratomo, am 12. Juni 2010 zu einem Empfang und einen indonesischen Kulturabend in die Dornse des Altstadtrathauses der Stadt Braunschweig eingeladen.

Fotoshow




Videofilm (4:30 min)

Vollbilddarstellung des Films ist möglich (Symbol rechts unten)

15. August 2010

Die DIG Hamburg teilt mit:


Das indonesische Segelschulschiff KRI Dewaruci wird am 24. August um ca. 18 Uhr in Bremerhaven ankommen. Am 25. August wird ein Team der Dewaruci auf der Radio Bremen-Bühne indonesische Darbietungen zeigen. Am 26.-27. wird es einen Segelwettbewerb geben. Offiziere, Mannschaft und Kadetten würden sich über zahlreiche Besuche von indonesischen Bürgern und Indonesien-Freunden und -Freundinnen freuen. Liegeplatz: Barkhausenstraße, Bremerhaven.
Info des indonesischen Generalkonsulats Hamburg

Am Samstag, 25.9.2010 von 14.00 bis 22.00 Uhr findet im Völkerkundenmuseum in Zusammenarbeit mit dem Generalkonsulat und mit freundlicher Unterstützung des Indonesian Trade Promotion Center und der IKAT-Agentur ein Thementag Indonesien statt.
Info des indonesischen Generalkonsulats Hamburg

21. Juni 2010

Indonesische Filmtage in Hamburg

Nach dem großen Erfolg im vergangenen Jahr veranstaltet das Abaton Kino in Hamburg nun erneut ein indonesisches Filmfestival. Nach den Werken des Regisseurs Riri Riza im letzten Jahr stehen beim 
2. Indonesischen Filmfest in Hamburg indonesische Regisseurinnen im 
Mittelpunkt. 
Die Filmschau vom 28. Juni bis 1. Juli präsentiert eine Filmauswahl von Upi Avianto, Nan Triveni Achnas und Nia di Nata
. Alle Film laufen im indonesischen Original mit englischen Untertiteln.

Nähere Angaben zu den fünf Filmen auf der Homepage des Filmtheaters Abaton

23. Mai 2010

Festliche Verabschiedung des Generalkonsuls T. Darmawan in Hamburg


Am 22. Mai 2010 lud der Generalkonsul der Republik Indonesien in Hamburg Herr Teuku Darmawan zu seiner Verabschiedung nach mehr als dreijähriger Dienstzeit ein. Die Verabschiedung fand im Gebäude des Konsulats in der Bebelallee statt und nicht nur Mitglieder und Repräsentanten verschiedener Deutsch-Indonesischer Gesellschaften aus Hamburg, Schleswig-Holstein und Niedersachsen, sondern auch Vertreter indonesischer Gruppierungen in Deutschland waren der Einladung gefolgt, darunter Mitglieder  muslimischer wie auch christlicher Gemeinden, Studentenvertreter und andere. Sie alle bedankten sich mit kurzen Reden, Geschenken und musikalischen Einlagen bei dem wie immer gut gelaunten und liebenswürdigen Gastgeber, der während seines engagierten Wirkens in Deutschland die deutsch-indonesischen Beziehungen gepflegt und sowohl bei seinen Landsleuten wie auch bei zahlreichen Deutschen neue Freunde für Indonesien gewonnen hat. Der Dank schloss ausdrücklich auch die Gattin des Gerneralkonsuls Ibu Titin mit ein. 

Auch Mitglieder der DIG Niedersachsen hatten sich auf den Weg nach Hamburg gemacht. Deren Vizepräsidentin Frau Mimi Schlüter bedankte sich im Namen des Vorstands und der Mitglieder für die intensive Unterstützung der DIG Niedersachsen während der Amtszeit des Generalkonsuls und überreichte ein Abschiedsgeschenk für den scheidenden Konsul und dessen Gattin, weiterhin eine Ehrenurkunde zur Würdigung seines Wirkens. 

In seiner Antwort wies der Generalkonsul darauf hin, dass auch in Zukunft weiter an dem Ziel einer freundschaftlichen Zusammenarbeit zwischen Deutschland und Indonesien gearbeitet werden müsse. Bei sonnigem Frühlingswetter fand dann der Ausklang der festlichen Veranstaltung im Garten statt und die zahlreichen Gäste konnten köstliches indonesisches Essen genießen.


Ton- Bildschau von der Verabschiedung des Generalkonsuls Teuku Darmawan

23. Februar 2010

Pakaian Adat Minang Tampil di Karneval Braunschweig

Frau Mimi Schlüter berichtete am 19. Februar 2010 in ANTARA-NEWS über den Karneval in Braunschweig, bei dem auch die Indonesier in Minang-Tracht teilnahmen. 


Pakaian adat daerah termasuk adat Minang ditampilkan di Karneval BraunschweigHelau!!! 

Alaaff!! demikian salam Karneval di Jerman. Tahun ini pawai karneval di Braunschweig diadakan pada hari Minggu tanggal 14 Februari 2010 lalu. Karneval Braunschweig adalah karneval terbesar ke 4 di Jerman setelah Koeln, Dueselldorf dan Mainz, serta merupakan karneval terbesar di daerah Jerman Utara.

Pawai karneval tahun ini adalah yang ke 111 kalinya diadakan di Braunschweig. Sedangkan karneval sendiri telah dilaksanakan di Jerman semenjak 700 tahun yang lalu. Pawai karneval pertama diadakan di Jerman di kota Koeln pada tanggal 10 Februari 1827, dimana pada tahun itu telah mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat sehingga menjadi tradisi sampai saat ini hampir di setiap kota dan kampung.

Apa sebetulnya yang dimaksudkan dengan karneval di sini?. Karneval adalah 3 hari terakhir sebelum puasa bagi umat Nasrani. Karneval diadakan antara hari Minggu, Senin atau Selasa dan pada hari Rabunya umat Nasrani menjalankan ibadah puasanya selama 6 minggu sampai hari raya Paskah datang.

Selama 6 minggu berpuasa umat Nasrani tidak boleh menikmati makanan manis-manis, makanan mengandung darah (seperti daging, ikan), makanan dan minuman mengandung susu, makanan dan minuman mengandung minyak, makanan dan minuman mengandung alkohol, dan segalanya yang berunsur menikmati seperti pesta, sex, rokok, musik, film dan televisi sepanjang siang dan malam.

Berbeda dengan puasa Ramadan umat Islam dimana puasa dilaksanakan selama siang hari saja selama bulan Ramadan dan setelah matahari terbenam atau malam diperbolehkan menikmati segalanya kembali. Pada bulan puasa itu ummat Nasrani cuma dianjurkan untuk bekerja dan beribadah saja.

Makanya sebelum melaksanakan puasa mereka menikmati segalanya terlebih dahulu dengan pesta dan hura-hura, puncaknya yaitu „Karneval“. Karneval Braunschweig yang disebut „Schoduvel“ yang berarti „menakuti setan atau hantu yang membawa kedinginan dan es serta salju pada musim dingin.

Dengan adanya karneval yang mengenakan pakaian berwarna warni, masker serta musik yang keras, bersama berusaha mengusir hantu dingin ini dari bumi Braunschweig.

Tetapi sekarang karneval diadakan sebagai salah satu tradisi di Jerman dan tidak banyak atau hampir tidak dihubungkan lagi dengan keyakinan Nasrani. Begitu banyak masyarakat Jerman yang tidak tau makna sebenarnya dari karneval, cuma mengetahui bahwa setiap tahun di sekitar bulan Februari selalu ada pawai karneval.

Setiap tahunnya toko-toko memajang dan menjual perlengkapan karneval yang secara tidak langsung akan membuat masyarakat tidak sabar menunggu datangnya pawai dan pesta karneval. Setiap kota dan kampung demam karneval, bahkan di sekolah-sekolah diadakan pesta karneval atau Fasching.

Dalam pawai dan pesta karneval, hampir setiap orang tua, muda, besar, kecil, pejabat,pekerja dan sebagainya baik yang ikut pawai atau sebagai penonton akan memakai pakaian dan kostum karneval yang berwarna-warni serta hiasan yang beragam. Para pengikut pawai akan menebar permen (bon-bon atau kamelle), mainan, dan/atau makanan kepada penonton sambil berteriak „Helau…..!!“ atau „Alaaff!!“ sebagai tanda bersama menikmati sebelum berpuasa. „Brunschwiek helau !!....Brunschwiek helau !!....demikian teriakan karneval di Braunschweig.

Hampir 100.000 penonton memenuhi kota Braunschweig untuk menyaksikan pawai karneval di Braunschweig, mereka datang dari berbagai penjuru Jerman khususnya di belahan utara dan bahkan juga ada penonton dari luar negeri. Tahun ini penonton memang jauh berkurang dari tahun sebelumnya sekitar 250.000 orang.

Hal ini dikarenakan cuaca yang begitu dingin, sekitar minus 8°C dan bersalju untuk berdiri lama menyaksikan pawai akbar kota singa ini. Banyak penonton yang memilih menyaksikan siaran langsung didepan televisi tanpa harus menahan rasa dingin yang mencekam.

Dalam rangka memeriahkan hubungan „Sister City ke 50“ antara kota Bandung (Indonesia) dengan Braunschweig (Jerman), DIG (Deutsch Indonesische Gesellschaft/Perkumpulan Indonesia Jerman), Konsulat Jenderal RI Hamburg dan kota Braunschweig bekerja sama untuk berpartisipasi dalam pawai karneval ke 111.

Indonesia dengan menampilkan „Reog Ponorogo, beca, gamelan dan pakaian adat Indonesia khususnya dari Bandung/Jawa Barat, Padang dan Bali sebagai awal program untuk memeriahkan sister city pertama dan tertua di Asia dan Eropa yang terbentuk pada tanggal 24 Mai 1960. Prasasti kerja sama antar kedua sister city ini diterima dan ditanda tangani oleh wali kota Bandung pada tanggal 6 Juni 1960. Acara puncak peringatan ini direncanakan pada tanggal 5,6 dan 12 Juni di Braunschweig.

Keikut sertaan team Indonesia pertama kalinya dengan nomor 259 ternyata telah membuahkan hasil yang gemilang, dari sekitar 300 peserta karneval, Indonesia menjadi pusat perhatian penonton di sepanjang jalan sejauh 6,5 km dan bahkan berhasil meraih juara pertama.

Suasana karneval sangat terasa di Braunschweig, walaupun kota itu masih diselimuti es dan salju semenjak lebih dari 2 bulan. Petugas kebersihan kota terpaksa sepanjang malam sampai pagi hari sebelum jam 10.00 membersihkan jalan yang akan dilalui pawai dan trotoir tempat berdiri penonton di sepanjang jalan 6,5 km dibebas paksakan dari lapisan es dan salju.

Parade karneval dimulai pada jam 12.45 dan berakhir jam 18.00 yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi terbesar pemerintah di Jerman Utara NDR dan beberapa stasiun televisi swasta besar di Jerman seperti Sat 1, RTL, Pro 7, NTV dan TV 38.

Team Indonesia yang menampilkan mobil dan trailer yang dihiasi bendera Indonesia, Jerman dan payung Bali disorot khusus selama beberapa menit dengan membawa motto „ 50 Jahre Staedtischepartnerschaft Braunschweig Braunschweig/ 50 tahun hubungan kota kembar Braunschweig Bandung“. Dengan musik gamelan Indonesia telah banyak membuat penonton bergoyang dijalanan dan semakin dikenal di Manca Negara. ***

15. Februar 2010

Auszeichnung für DIG-Gruppe im Braunschweiger Karneval

Unter dem Motto "50 Jahre Städtepartnerschaft Braunschweig-Bandung" nahmen Mitglieder der DIG-Niedersachsen e.V. mit Unterstützung des Generalkonsulats Hamburg erstmals am Braunschweiger Karneval (Schoduvel) am 14. Februar 2010 teil. Sie wurden in der Kategorie "Gruppe" als beste ausgezeichnet.




Screenshots aus der Fernsehübertragung durch NDR 3 und Fotos von Roland Schlüter